Gereja Katolik Santo Paulus atau sering disebut sebagai Gereja Juanda merupakan perkembangan dari Gereja Salib Suci, Tropodo. Bermula dari Gereja Gembala Yang Baik, dimana telah menjadi “gembala” bagi anak-anaknya. Gereja Salib Suci – Tropodo, Gereja Yohannes Pemandi – Wonokromo, Gereja Sakramen Maha Kudus – Pagesangan, dan Gereja Roh Kudus – Rungkut. (Uniknya bila kita perhatikan, tradisi pemberian nama-nama gereja tersebut tidak pernah menggunakan nama santo/santa).
Gereja Salib Suci sebagai salah satu anak dari paroki Gembala Yang Baik telah demikian dikenal oleh masyarakat sekitar dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan maysarakat. Didorong oleh kebutuhan akan sebuah gereja baru pada wilayah Juanda guna memaksimalkan pelayanan kepada umat, maka direncanakanlah sebuah gereja baru pada kawasan tersebut yang perkembangannya dibimbing oleh Gereja Salib Suci.
Pekerjaan Persiapan
Panitia
Sebagai langkah awal, dibentuklah panitia pembangunan Gereja Juanda yang dipimpin oleh Romo Heri sendiri. Tugas panitia ini adalah sebagai pendamping – advisor romo dalam hal teknis maupun non-teknis yang kurang dipahami oleh masyarakat awam. Panitia terdiri dari tenaga ahli baik dalam bidang arsitektur, struktur, mekanikal yang telah mempunyai pengalaman cukup sehingga dapat memberikan saran dan masukkan kepada romo.
Lahan – Site
Pada awalnya lahan akan menggunakan lahan TNL – AL yang berlokasi tidak jauh dari pertigaan Jl. Juanda – Ahmad Yani. Tepatnya di samping masjid TNI – AL. Namun kemudian lokasi dipindah lebih ke timur tepatnya di sisi Utara kompleks PURA JALA SIDDI AMERTHA (Masih tanah TNI – AL). Sebuah lokasi yang unik dimana terdapat dua agama pada kavling yang bersebelahan (Katolik dan Hindu).
Tim Desain Arsitek, Struktur, ME
Sebagai arsitek, ditunjuklah pemenang sayembara desain gereja Salib Suci terdahulu, Ir. Benny Poerbantanoe, MSP untuk membantu dalam proses desain dan perencanaan. Saya sendiri (A.Erwin S, ST.) terlibat sebagai tenaga arsitek kedua. Desain struktur dipercayakan kepada Bapak Prof. Ir. Benyamin Lumantarna M.Eng., Ph.D. Sedangkan desain mekanikal dibantu oleh Ir. Nugroho Susilo M.Bdg.Sc. yang memang ahli dalam bidangnya.
Proses Desain Arsitektural
Didorong oleh keunikan lokasi kavling yang bersebelahan dengan Pura, juga keinginan untuk menjalin hubungan antar agama, Ir. Benny Poerbantanoe, MSP selaku arsitek utama mengadopsi bentukan pura – candi bentar sebagai facade gereja. Secara sederhana, yang ingin disampaikan melalui desain tersebut adalah : “Adanya keinginan Gereja untuk membaur dengan sekitarnya, ‘bersalaman’ dengan Pura dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan tanpa mengabaikan unsur-unsur utama gereja “
Sketsa Desain Awal
Desain Tahap 1
Desain Tahap 2
Desain Tahap 3
Desain Pre – final
Proses desain gereja merupakan sebuah rangkaian dari kegiatan asistensi marathon yang memang harus dilakukan. Secara prinsip, desain gereja ini sebenarnya merupakan desain kolektif pragmatis yang disesuaikan secara langsung oleh arsiteknya. Dikatakan demikian, karena cukup banyak masukkan-masukkan dari berbagai pihak yang masuk demi terciptanya sebuah gereja yang baik. Syukur kepada Tuhan, bahwa kian hari, desain tersebut semakin mengerucut, pikiran dan pendapat yang berbeda-beda semakin sinkron. Sehingga akhirnya didapatkan sebuah desain yang boleh dikatakan sebagai desain final.
Denah Gereja Santo Paulus sangat unik, karena mempunyai berbentuk setengah lingkaran dengan altar sebagai pusatnya. (Pada umumnya gereja katolik mengadopsi bentukan salib sebagai dasar denah). Pada awal mula desain, gereja ini di desain untuk menampung 500 umat. Namun pada akhirnya dikembangkan sehingga dapat menampung sekitar 800 umat.
Denah Gereja Santo Paulus, penataan secara radial konsentris
——————————————————————————–
Photo Session
Jalan Raya Juanda yang menikung, membuat kesan gereja berada tepat pada tengah-tengah jalan.
Tampak Bangunan Gereja Dari Luar Persil. Posisi bangunan secara keseluruhan dimiringkan 45° untuk memaksimalkan view dan lahan
Entrance Gereja – Candi Bentar
Menara Lonceng Gereja, Salib terbuat dari kayu ulin, lonceng dibunyikan dengan sistem katrol.
Atap tegola pada bagian sirip melengkung kiri dan kanan bangunan
Jalan utama menuju altar – terlihat bangku gereja yang terbuat dari kayu dengan rangka pipa gas finish cat hitam.
Altar Suci, Meja altar tersusun dari 12 batu (melambangkan 12 rasul atau 12 suku Israel)
Tabernakel dengan Lampu Tuhan yang berisi minyak (bukan tenaga listrik)
Deretan tiang dengan finishing batu koral guna kesan alami. Berfungsi juga sebagai tempat menggantungkan gambar-gambar prosesi Jalan Salib.
Gereja ini bediri di atas lahan seluas 4000m2, mulai dibangun pada 27 April 2003. Misa perdana untuk gereja ini dilakukan secara istimewa karena dipimpin langsung oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia MGR MALCOM A RANJITH.
Dihadiri sekitar 1000 umat, duta besar asal Srilangka ini didampingi Romo JULIUS HARYANTO CM (Administrator Keuskupan Surabaya), Romo COSMAS BENEDIKTUS SENTI FERNANDEZ Pr (Sidoarjo), Romo HERIBERT BALLHORN SVD (Juanda, Salib Suci, Sidoarjo), dan Romo AGUS SUDARYANTO CM (Surabaya). Sekitar 20 pastor dari berbagai kota di Jawa Timur ikut hadir. Turut hadir Panglima Armatim (Y. Didik Heru) dalam upacara pemberkatan dan misa perdana tersebut.
Selama hampir 30 menit, Dubes Vatikan memberkati beberapa elemen penting gereja seperti tempat baptis, altar, mimbar, tabernakel, ruang sakramen tobat, salib besar, patung Bunda Maria. Di akhir misa konselebrasi dilakukan penandatanganan prasasti.
Prasasti Pemberkatan Gereja Santo Paulus
1 komentar:
dear admin,
kenapa berhenti menulis dalam blog?
Saya juga salah satu umat Juanda
Posting Komentar